Salah satu alasan CV kamu jarang dipanggil interview adalah karena isinya terlalu umum dan nggak nyambung sama posisi yang dilamar. Padahal, HR akan lebih tertarik kalau CV kamu “berbicara langsung ke mereka”—alias relevan sama isi jobdesc. Kustomisasi CV = menyesuaikan isi CV dengan kebutuhan tiap lowongan. Bukan ganti total, tapi bikin beberapa bagian terlihat lebih
Sering dengar saran “kirim aja dulu, siapa tahu rejeki”? Sayangnya, kalau kamu asal kirim lamaran ke posisi yang nggak sesuai sama skill kamu, itu bukan cari peluang—itu buang tenaga. HR bisa langsung tahu saat CV kamu nggak nyambung sama posisi yang dilamar. Misalnya, kamu lamar ke posisi “Data Analyst” tapi isinya pengalaman admin dan nggak
Banyak yang ngerasa harus “memoles fakta” biar CV terlihat keren. Padahal kamu bisa bikin CV yang menarik tanpa harus ngarang pengalaman. Kuncinya bukan di bohongin isi, tapi di cara menyusun dan menyampaikan value yang kamu punya. Pertama, fokus pada hal yang relevan. Nggak semua pengalaman harus dicantumkan. Pilih pengalaman, pelatihan, atau proyek yang paling nyambung
Banyak orang bilang: “kerja yang penting gajian”, tapi nggak sedikit juga yang nanya: “gimana caranya kerja sesuai passion?” Nah, ternyata apply kerja yang sesuai sama skill atau passion kamu itu punya dampak yang signifikan buat perkembangan karier jangka panjang. Kalau kamu kerja di bidang yang sesuai skill, kamu akan lebih percaya diri dalam menjalankan tugas.
Dunia kerja sekarang bukan cuma soal skill teknis. Kamu juga perlu punya personal branding yang kuat dan mental kerja yang siap tempur. Tanpa dua hal ini, kamu bisa kalah saing—bukan karena nggak pintar, tapi karena nggak kelihatan dan gampang tumbang. Personal branding itu cara kamu dikenal di dunia profesional. Misalnya: kamu dikenal sebagai desain grafis
Saat cari kerja, banyak orang pakai strategi “asal tembak” alias buat banyak versi CV dan apply ke semua lowongan yang ada. Harapannya? Biar peluang diterima makin besar. Tapi apakah cara ini benar-benar efektif? Sayangnya, strategi ini lebih sering bikin kamu capek sendiri. HR bisa lihat kalau kamu asal apply—terutama kalau kamu kirim CV yang nggak
Follow up ke rekruter setelah kirim lamaran atau interview itu wajar banget. Bahkan, kalau kamu nggak follow up, HR bisa lupa atau mengira kamu nggak serius. Tapi ingat, follow up itu seni. Salah gaya atau kata-kata, malah terkesan maksa dan bikin HR ilfeel. Langkah pertama, tunggu timing yang pas. Umumnya, kamu bisa follow up 5-7
Resign itu wajar. Tapi cara kamu keluar dari tempat kerja bisa ninggalin kesan yang panjang. Ada yang keluar dengan profesional, tetap dihormati, bahkan dijadikan rekomendasi oleh atasan. Ada juga yang keluar dengan penuh drama, ninggalin kesan negatif, bahkan bikin reputasi rusak di industri. Resign baik-baik itu kamu pastikan semua proses berjalan sesuai aturan. Kamu pamit
Pulang kantor sesuai jam kerja kadang masih dianggap tabu di beberapa kantor. Ada yang kalau lihat karyawan pulang pas jam 5 sore, langsung bilang, “Wah, udah pulang? Padahal kerjaan masih banyak loh.” Padahal, jam kerja itu punya batas yang jelas. Fenomena jam pulang kantor yang jadi jam lembur gratis ini masih sering terjadi di Indonesia.
Sekolah ngajarin kita rumus, hafalan, teori, dan nilai ujian. Tapi saat masuk dunia kerja, kamu bakal sadar: banyak hal penting justru nggak pernah dibahas waktu di kelas. Padahal, skill-skill ini bisa jadi penentu kamu sukses atau stuck di dunia profesional. Contohnya, komunikasi. Di sekolah, kamu mungkin cuma belajar bikin presentasi atau pidato. Tapi di kerja,
