Jujur Saat Interview Bikin Ditolak HRD

Mungkin Kalian sering mendengar kalau ketika interview kerja, kita harus selalu mengatakan yang sejujurnya kepada HRD ataupun kepada User. Memang benar, dan justru kejujuran adalah kunci kesuksesan sebuah interview.

Tapi, kamu perlu pahami bahwa jujur yang dimaksud dalam interview adalah jujur dengan etika. Kamu tetap harus mampu bersikap sopan saat interview, walaupun kamu sedang berbicara jujur. Berikut ini adalah contoh pertanyaan dari HRD dan jawaban jujur yang diberikan oleh kandidat, tapi justru membuat seorang kandidat ditolak :

1. Kenapa Kamu Resign ?

Jawaban jujur tanpa etika : “saya sudah muak pak bekerja di perusahaan saya sebelumnya. Saya capek, saya benci banget sama atasan saya, dan atasan saya kalau kasih kerjaan itu tidak masuk akal, yang benar saja pak, masa saya diminta revisi berkali-kali!”

Jawaban Jujur dengan Etika “saya sebenarnya sangat menyukai perusahaan tempat saya bekerja sebelumnya, dan saya sangat enjoy bekerja disana. Tapi, saya merasa pekerjaan di perusahaan tersebut kurang menantang saya, dan saya merasa jenjang karir di perusahaan tersebut tidak jelas”

2. Kenapa Mau Kerja Disini ?

Jawaban Jujur tanpa Etika : “Ya jelas saya mau kerja di perusahaan ini pak, karena gajinya saja jauh lebih besar daripada perusahaan saya sebelumnya. Kalau di perusahaan saya yang lama, boro-boro gaji Pak, fasilitas aja terbatas banget. kamu yang namanya hidup, gaji harus gede pak, kalau gaji kecil, mau hidup pake apa ?”

Jawaban Jujur dengan etika : “Saya ingin bekerja disini karena, saya membutuhkan pendapatan lebih untuk biaya hidup saya sehari-hari dan saya juga tertarik dengan bisnis yang dijalankan oleh perusahaan, karena memang passion saya di bidang media (misalkan)”.

Sebenarnya bukan masalah jujur atau tidak jujur, tapi masalahnya adalah etika dalam memberikan respon di depan HRD atau User

Terkadang, saking semangatnya seorang kandidat, mereka rela menceritakan apapun sejujur-jujurnya. Dan, ketika kalian terlalu jujur, kalian bisa melupakan pentingnya etika dalam berbicara.

Uncategorized